Selasa, 09 Desember 2008

Pengobatan Massal Filariasis

Siklus hidup Wuchereria bancrofti, cacing penyebab filariasis


Minggu lalu, Puskesmas Terusan Tengah melaksanakan pengobatan massal untuk mencegah merebaknya penyakit kaki gajah (filariasis). Dinkes Kapuas menganggap perlu menyelenggarakan program ini karena di wilayah kerjanya pernah dilaporkan timbulnya penyakit ini.

Tanda klinis yang paling nyata adalah adanya pembengkakan pada kaki. Terkadang bisa sangat besar hingga mirip-mirip dengan kaki seekor gajah. Perjalanan penyakit ini diawali oleh tergigitnya pasien oleh nyamuk yang membawa cacing Wuchereria bancrofti. Sialnya, populasi nyamuk di Kalimantan seperti halnya pasir di pantai Parangtritis, amat banyak sekali!

Pencegahan dengan obat-obatan menjadi sangat rasional bila mengingat tidak memungkinkannya dilakukan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) di daerah ini. Untuk meminimalisir frekuensi gigitan nyamuk, para warga juga dihimbau untuk memakai kelambu di rumah mereka.

Dosis obat-obatan dalam pengobatan massal filariasis di Kapuas kali ini ditentukan berdasarkan umur: 2-5 tahun mendapat 1 tablet DEC, 1 tablet Albendazol dan 0,25 tablet Paracetamol; 6-14 tahun mendapat 2 tablet DEC, 1 tablet Albendazol dan 0,5 tablet Paracetamol; > 14 tahun mendapat 3 tablet DEC, 1 tablet Albendazol dan 1 tablet Paracetamol.

Ketentuan di atas dipakai dengan alasan kepraktisan semata, mengingat jumlah warga yang harus diobati ribuan orang. Yang ideal memang pemberian berdasarkan berat badan, tapi alangkah sangat ribetnya bila hal ini diterapkan.

Bukan masalah menimbang berat badannya, tapi masalah pembagian obatnya. Bayangkan saja, walaupun umurnya sama tapi bila berat badannya berbeda tentu dosisnya juga berbeda. Ini menjadi sangat tidak efisien bila mengingat rasio warga dan tenaga kesehatan yang tidak seimbang.

Tapi, pemberian dosis berdasarkan umur ini bukannya tanpa resiko, terutama mengenai efek samping yang mungkin timbul. Ambil satu contoh kasus. Seorang anak berumur 14 tahun (berat badan 35 kg) datang dengan keluhan panas. Panas timbul setelah minum obat. Obat yang diminum adalah 2 tablet DEC, 1 tablet Albendazol dan 0,5 tablet Paracetamol. Paracetamol per tabletnya adalah 500 mg, dengan demikian anak tersebut ‘cuma’ mendapatkan 250 mg. Padahal menurut hitungan menurut dosis, anak tersebut setidaknya meminum Paracetamol 350 mg. Dosis parasetamol adalah 10-15 mg/kgBB/kali.

Anak tersebut lalu saya berikan Paracetamol 500 mg, Dexamethasone 3x0,5 tablet dan CTM 3x0,5 tablet. Ternyata keluhannya berangsur-angsur berkurang.

Sebagai catatan, Paracetamol memang rutin diberikan pada pengobatan massal filariasis. Ini dilatar belakangi oleh seringnya timbul efek samping diberikannya DEC. Obat ini merangsang system saraf pusat sehingga tidak jarang menimbulkan keluhan pusing dan panas. Paracetamol yang tidak adekuat tentu menyebabkan efek samping yang tidak diinginkan ini akan bermunculan.

Efek samping yang timbul menjadi sangat penting untuk diperhatikan bila mengingat orang yang bersangkutan akan bercerita kepada orang di sekitarnya. Bila dibiarkan, efek domino yang terjadi tentu akan sangat berdampak pada jumlah orang-orang yang meminum obat.

Berkenaan dengan hal ini, pemberian Paracetamol pada pengobatan massal filariasis untuk anak dengan berat badan lebih dari 30 kg sebaiknya menggunakan dosis 1 tablet Paracetamol 500, pun usianya masih kurang dari 14 tahun.

Semoga bermanfaat.

* Ditulis saat menunggu keberangkatan pesawat di bandar Udara Syamsuddin Noor, Banjarmasin tanggal 4 Desember 2008.

2 komentar:

Petruk mengatakan...

hooo...itu toh penyebab kaki gajah...

nakal banget ya nyamuk borneo sana sampe bisa bikin kaki manusia sebesar gajah.. :D

Jadi kalo tidur disana enaknya pake aroma Lavender diruang tidur dengan alasan :
pertama karena nyamuk kan takut ma bau lavender, kedua karena aroma lavender bisa menjadi aroma terapi, lavender juga berefek menenangkan, sehingga akan mempermudahkakn untuk tidur yang nyenyak.

coba aja mas...udah pernah lom?

Andri Journal mengatakan...

Untuk rapelent (lotion anti nyamuk),setahuku yg make lavender itu merknya Soffel.Emang sih baunya wangi,tp daya tolak nyamuknya masih kalah dg Autan.Itu menurut pengalaman pribadi.

Aku liat di botol Autan kok gak ada komposisinya dibikin dari apa,mungkin dari lavender jg kali ya..Tp yg jelas wangi. :)

Ternyata lavender punya efek menenangkan jg ya?Baru tahu aku.Tp yg jelas tidurku memang lebih nyaman kalo pake rapelent,soalnya bebas dari gigitan nyamuk. :p